Sabtu, 10 Juni 2017

KONSORSIUM "KICK OFF" REVITALISASI KOTA TUA JAKARTA




Panitia pelaksana perhelatan konsorsium “Kick Off” Revitalisasi Kota Tua Jakarta mendatangkan Basuki T. Purnama, Gubernur DKI Jakarta, dan pembicara-pembicara unggulan diantaranya adalah, Hiramsyah S. Thaib (Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Pariwisata), Eddy Sambuaga (Managing Director Konsorsium Kota Tua Jakarta), Hendra Adidarma (Founder & Presiden Direktur PT Propan Raya). Diskusi ini memberikan masukan solusi total melalui sistem finishing yang dibutuhkan untuk merevitalisasi bangunan Kota Tua, yang nanti akan ditutup dengan seremoni pengecatan Gedung Kerta Niaga oleh para pembicara bersama sejumlah tokoh seperti Ayu Utami, Addie MS, Puteri Pariwisata Indonesia – Jakarta.
Sejalan dengan usaha pemerintah dalam program percepatan pengembangan daerah wisata dan kepedulian Propan Raya terhadap lingkungan, sosial serta kearifan lokal budaya bangsa, kali ini Propan Raya menyatakan dukungannya dengan menggelar acara Konsorsium Kota Tua Jakarta bersama Dinas Pariwisata Provinsi DKI sekaligus seremoni menandai “Kick Off” Revitalisasi Kota Tua Jakarta. Revitalisasi Kota Tua Jakarta ini merupakan sebuah program Pemda DKI untuk menjadikan Kota Tua sebagai destinasi pariwisata Jakarta di bidang budaya dan heritage building.
Dinobatkan sebagai lokomotif pengembangan arsitektur Nusantara yang merupakan bagian dari budaya bangsa oleh Menteri Pariwisata RI Arief Yahya, Propan Raya melakukan kegiatan-kesiatan CSR untuk mendukung pengembangan pariwisata Indonesia. “Sesuai dengan misi kami, Propan Raya selalu siap mendukung pembangunan Indonesia termasuk pengembangan dan melestarikan pariwisata Indonesia”, ungkap Hendra Adidarma, Founder dan Presiden Direktur Propan Raya.
Kota Tua dan Kepulauan Seribu sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo, dan Menpar Arief Yahya sebagai satu dari 10 Bali Baru, atau 10 destinasi prioritas. Karena itu dua kawasan itu harus cepat dikembangkan serius untuk destinasi di Jakarta yang saat ini menjadi pintu kedua terbesar bagi wisman di Indonesia.






Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Pariwisata Kemenpar Hiramsyah S. Thaib mengatakan, kegiatan ini merupakan gawean dari Dinas Pariwisata DKI yang akan menggelar diskusi dengan tema “2017 : Wajah Kota Tua yang Berubah”. Managing Director Konsorsium Kota Tua Jakarta, Eddy Sambuaga mengatakan ada 13 gedung yang akan diaktifkan kembali. Tujuan utama proyek revitalisasi Kota Tua adalah untuk menghidupkan kawasan Kota Tua menjadi kawasan wisata ikonik di Indonesia. Selain itu, Eddy berharap anak muda memiliki etalase untuk memamerkan karya dan kreatifitasnya, sehingga Kota Tua menjadi kawasan kreatif.

          Untuk memenuhi kebutuhan ini, Propan Raya mengembangkan cat khusus untuk bangunan tua, antara lain silicate paint system yang terdiri dari Décor Silicate Paint, Penetran Silicate, Silicate Floor. Silicate Paint ini merupakan breathable paint (cat yang dapat bernapas) yang diformulasi secara khusus dengan teknologi Propan Raya sebagai solusi terbaik untuk melindungi bangunan warisan budaya dan bangunan baru pada kondisi kelembaban yang tinggi. Silicate Paint bersifat alkali, sehingga dapat mencegah timbulnya jamur dan micro organisme lainnya.
 
Propan Silicate Paint


Sumber : http://propanraya.com/en/tips/kick-off-revitalisasi-kota-tua-jakarta


KONSERVASI ARSITEKTUR : PENGAMATAN MUSEUM BANK INDONESIA

            Museum Bank Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta, Indonesia yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya peninggalan De Javasche Bank yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun pertama kali pada tahun 1828. Museum ini menyajikan informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya Bank Indonesia pada tahun 1953 dan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, meliputi pula latar belakang dan dampak kebijakan Bank Indonesia bagi masyarakat sampai dengan tahun 2005. Penyajiannya dikemas sedemikian rupa dengan memanfaatkan teknologi modern dan multi media, seperti display elektronik, panel statik, televisi plasma, dan diorama sehingga menciptakan kenyamanan pengunjung dalam menikmati Museum Bank Indonesia. Selain itu terdapat pula fakta dan koleksi benda bersejarah pada masa sebelum terbentuknya Bank Indonesia, seperti pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara, antara lain berupa koleksi uang numismatik yang ditampilkan juga secara menarik.
Peresmian Museum Bank Indonesia dilakukan melalui dua tahap, yaitu peresmian tahap I dan mulai dibuka untuk masyarakat (soft opening) pada tanggal 15 Desember 2006 oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu, Burhanuddin Abdullah, dan peresmian tahap II (grand opening) oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 21 Juli 2009.
Gedumg Bank Indonesia kota merupakan gedung kantor pertama yang digunakan oleh Bank Indonesia. Gedung Bank Indonesia Kota adalah sebu7ah bangunan monumental yang sarat dengan nilai sejarah serta keindahan arsitektural. Sebagai sebuah bangunan yang monumental, Gedung Bank Indonesia Kota menjadi aset sejarah yang harus dilestarikan. Berdasar UU Cagar Budaya No,5/1992, Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah menetapkan Gedung Bank Indonesia Kota sebagai Bangunan Cagar Budaya.  Bank Indonesia sangat peduli dengan kelestarian gedung ini, dengan merevitalisasi dan menjadikan bangunan ini sebagai Museum Bank Indonesia. Koleksi yang ditampilkan di Museum Bank Indonesia, antara lain berupa mata uang, emas cadangan bank sentral, serta informasi yang di dukung denganteknik penyajianinformasi menggunakan sarana multimedia.

Ruang Pengantar Sejarah
Ruang Sejarah
Arcade Bangunan
Facade angunan





PEMBAHASAN
2.1.  KRONOLOGIS PERKEMBANGAN MUSEUM BI
Dalam perkembangannya Museum Bank Indonesia ini telah banyak mengalami perkembangan dari tahun ketahun hingga sekarang. Dibagi menjadi lima tahap perkebangan besar terjadi pada gedung ini yaitu tahun 1828, 1909-1912, 1922, 1933 -1935 dan 1935 - sekarang.
a.    1828
De Javasche Bank (DJB) secara resmi berdiri di batavia berdasarkan akte pendirian (acte van oprichting van de javasche bank) pada tanggal 24 januari 1828. Pada saat DJB merupakan perusahaan swasta yang modalnya berasal dari tiga puluh empat pemegang saham. De Javasche Bank (DJB) menempati bangunan bekas rumah sakit (Binnenhospitaal) atau rumah sakit dalam kota. Rumah sakit tersebut terletak di lokasi BI saat ini yaitu pada unit di sisi jalan bantaran pinggir kali besar. Bangunan ini berbentuk huruf L dan terdiri dari 2 (dua) lantai. Selasarnya hanya terdapat barisan jendela krepyak dan tiang-tiang sederhana.

b.    1909-1912
Setelah menempati bangunan bekas rumah sakit selama delapan tahun terhitung sejak tahun 1928, mulailah DJB memerintahkan biro arsitek Ed.Cuypers en Hulsw untuk merencanakan pengembangan bangunan lama. Proses perkembangan bengunan yang penting mulai terjadi sejak tahun 1910 hingga tahun 1935 dan seluruhnya merupakan rangkaian proses pengembangan berdasarkan kebutuhan perkembangan perusahaan tersebut. Selain gedung DJB Batavia, biro arsitek yang sama juga menjadi andalan untuk merancang kantor cabang DJB lainnya di seluruh hindia belanda. Biro arsitek Cuypers & Hulswit merupakan konsultan arsitektur yang didirikan di Batavia tahun 1908 oleh 2 (dua)orang arsitek yaitu M. J. Hulswit & E. H. G. H. Cuypers. Kantor arsitektur tersebut adalah cabang dari Amsterdam. Tahun 1910 konsultan arsitek ini berasusiasi dangan arsitek A. A. di Batavia. Fermont Perubahan bangunan baru tersebut dilakukian berdasarkan beberapa alasan yaitu :
·         DJB harus menghadapi perkembangan dunia perdagangan Hindia Belanda yang semakin pesat pada awal abad 20.
·         Perlunya ruang penyimpanan benda berharga berupa ruang lapis baja (pantserkluitzen) yang saat itu Hindia Belanda belum bisa membangun.
Bangunan baru selesai dan memiliki teras keliling dangan tampak luar bergaya neoklasik. Pada waktu kitu, gedung ini menjadi karya arsitektur penting di Hindia Belanda.

c.    1922
De Javasche Bank (DJB) memutuskan untuk melakukan perluasan lebih lanjut karena bangunan lama tidak lagi cukup luas untuk menampung kebutuhan perkembangan usha mereka. Biro arsitek yang sama ( Ed Cuypers en Hulswit) membuat program bangunan keseluruhan yang meliputi :
·         Sebuah ruang simpan barang berharga (klus) baru
·         Ruang arsip
·         Ruang rapat / pertemuan
·         Rumah penjaga
·         Garasi
·         DLL
Ruang pertemuan lebih dikenal sebagai ruang hijau karena dindingnya berlapis keramik warna hijau. Untuk pembangunan tahun 1922 masih dipertahankan gaya tampak bangunan yang sudah berdiri sejak tahun 1912.

d.    1933
Ada beberapa tambahan pada pembangunan DJB pada tahun ini, yaitu :
·         Beberapa kluis baru yang ditempatkan pada perpajangan bangunan di sisi jalan Binen Nieuwpoortstraat (sekarang jalan pintu besar urtara).
·         Pembangunan tampak muka disisi jalan yang sama dengan gaya yang lebih sederhana.
·         Penempatan sebuah unit tengah yang megah dengan  jalan masuk baru dan ruang besar yang monumental
·         Sebuah ruang effecten ditempatkan dekat effecten kluis.

e.    1935 - sekarang
Selama masa BI menempati bangunan ex DJB, secara prinsip tidak banyak perubahan dilakukan terhadap bangunan ini. Sebagian besar perubahan tersebut dilakukan untukmemenuhi kebutuhan praktis seperti penambahan ruang kerja. Penambahan ruang kerja dilakukan dengan menutup koridor menjadi ruangan baru atau membagi ruangan lama dengan partisi dan dinding baru. Seluruh perubahan pada masa ini tidak dilakukan oleh biro arsitek tertentu, sehingga tidak terdapat dokumen gambar yang dapat menerangkan gambar tersebut.


2.2. KONSERVASI PADA MUSEUM BI
Konservasi merupakan suatu aktivitas yang tak dapat dilepaskan dari sebuah museum. Upaya  memlihara dan melestarikan benda kooleksi dari bahaya kehancuran, baik secara alami maupun kimiawi ini dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan (preventive) dan penanggulangan (curative).
Sesuai dengan UU Cagar Budaya Nomor 5/1992, yang menetapkan gedung MBI sebagai bangunan cagar budaya, maka gedung Museum Bank  Indonesia (berikut artifak di dalamnya) juga mengalami konservasi untuk mngembalikan kondisinya pada tahun 1935 (Renovasi Tahap Terahir). Konservasi merupakan upaya menghidupkan kembali nuansa masa lalu, menjembatani generasi kini untuk memetik hikmah dari pengalaman generasi pendahulu.
Lingkup Pekerjaan Konservasi secara umum  :
·         Pekerjaan persiapan (pagar sementara, pengukuran tapak kembali, penyedia air kerja dan daya listrik untuk kerja, dokumentasi, dsb)
·         Pekerjaan bangunan tambahan
·         Pekerjaan atap dan talang
·         Pekerjaan lantai attic
·         Pekerjaan bongkaran penutup tembok
·         Pekerjaan pelapis lantai
·         Pekerjaan pelapis dinding
·         Pekerjaan shaft AC dan perapihan kembali
·         Pekerjaan plesteran
·         Pekerjaan pintu
Sementara pekerjaan yang sedang atau akan dilakukan pada upaya revitalisasi Museum Bank Indonesia ini ialah konservasi kolom, reparasi jam kuno, mengintervensi dengan membuat event dengan venue lokasi museum ini dan seterusnya. Selain itu terdapat pekerjaan konservasi yang telah dilakukan yaitu seluruh pekerjaan di lantai atas wing timur yang sekarang digunakan untuk museum Bank Indonesia Tahap I dan pembangunan masjid sebagai fasilitas pendukung museum.





KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan pada salah satu bangunan bersejarah pada kawasan wisata kota tua, yang mana bangunan itu ialah Museu Bank Indonesia, terkait dengan bagaimana upaya menghidupkan kembali nuansa masa lalu, menjembatani generasi kini untuk memetik hikmah dari pengalaman generasi pendahulu pada bangunan tersebut.
Penulis dapat menyimpulkan upaya-upaya tersebut tidak hanya mengintervensi dengan merenovasi secara fisik pada bangunan tersebut sesuai dengan desain yang awal namun juga terdapat upaya lain dengan mensuntikan event-event yang terkait dengan nuansa nasionalis dipadukan dengan setting tempat bangunan museum ini. Dengan hal itu selain fisik yang telah di renovasi menjadi kokoh kembali namun juga secara aktivitas kegiatan menjadi hisup kembali walaupun kegiatan tersebut tidak sama persis ketika masa lampau namun dengan mengadaptasikan kegiatan baru dengan nuansa lama akan tetap bisa menjambatani generasi kini untuk memetik hikmah dari pengalaman generasi pendahulu pada bangunan tersebut.

REFERENSI
·         URL : https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Bank_Indonesia

© ArtisticTect 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis