Sabtu, 08 November 2014

KEGAGALAN ARSITEKTUR TERHADAP LINGKUNGAN

Istilah arsitek seringkali diartikan secara sempit sebagai seorang perancang bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perencanaan, merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk memandu keputusan yang mempengaruhi aspek bangunan tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah sosial. Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan binaan. (wikipedia)
Seorang arsitek haruslah benar-benar teliti dan peduli lingkungan dalam merancang dan membangun proyek jangan sampai proyek yang kita bangun berdampak buruk bagi lingkungan sekitarnya. Seorang Arsitek haruslah melakukan analisa terhadap lingkungan untuk mengetahui segala aspek-aspek yang baik maupun buruk sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan kegagalan di masa yang akan datang maupun ketika suatu proyek itu dibangun. Begitu pula masalah penempatan suatu bangunan haruslah mengikuti fungsi dari bangunan tersebut,sehingga tidak merusak tata ruang kota. Misalnya tanah untuk pemukiman janganlah dibuat pabrik karna akan mengganggu warga dan lingkungan sekitar. Karena arsitek tidak hanya merancang bangunan tapi juga lingkungan sekitarnya.
Kegagalan bangunan dilihat dari dampak negatif terhadap lingkungan. Lingkungan tercemar juga merupakan dasar dari kegagalan bangunan . Bukan hanya saat pelaksanaan konstruksi, kesalahan desain memberikan kontribusi terhadap kegagalan bangunan. Bangunan yang mengalami gagal fungsi sebelum akhir umur pemakaiannya yang direncanakan termasuk dalam kegagalan bangunan. Bangunan yang berefek jelek terhadap lingkungan sekitarnyanya terjadi karena kesalahan dalam konsep desain, walau  pelaksanaannya benar, termasuk dalam kegagalan bangunan juga.
Berikut ini adalah beberapa yang diperkirakan masuk kedalam salah satu kekurangtelitian arsitek dalam melakukan tugasnya dalam membangun :
1. Jebolnya tanggul Situ Gintung karena selain banyaknya curah hujan yang terjadi, peneliti memperkirakan itu juga karena maraknya pembangunan tempat wisata ataupun bangunan komersial lainnya disekitar tanggul Situ Gintung yang seharusnya menjadi tanah resapan bagi tanggul tersebut.




2. Jembatan Tanah Abang Roboh membuat beberapa pengunjung yang berbelanja tetimbun reruntuhan. Bangunan yang roboh di sekitar Metro Tanah Abang merupakan calon toilet di pusat grosir Metro Tanah Abang, bukan merupakan jembatan penghubung Blok A-Blok B. Bangunan itu roboh karena konstruksi belum sempurna.Bangunan yang runtuh adalah bagian yang akan dijadikan toilet di lantai tiga gedung tersebut.(Kaskus,megapolitankompas)




3. Contoh Lain, sebuah gedung yang harus dirobohkan. Bangunan ini dibangun tidak sesuai dengan peraturan pemerintah setempat mengenai Garis Sepadan Sungai (GSS). Bangunan ini dibangun satu garis dengan bibir sungai sehingga mempersempit badan sungai. Hal ini berbahaya bagi lingkungan, ketika curah hujan didaerah tersebut tinggi dan sungai tidak mampu menampung air hujan yang jatuh, akibatnya air meluap dan mengkibatkan banjir. Melihat bahaya yang ditimbulkan dari bangunan ini, pemerintah setempat memutuskan agar bangunan tersebut dirobohkan.



Arsitektur kemudian dianggap penting bagi kekayaan sebuah kebudayaan karena bukan hanya tentang melakukan pertahanan terhadap lingkungan manusia saja, tetapi juga terhadap lingkungan alam, arsitektur kemudian menjadi prasyarat dan simbol dari perkembangan peradaban dari kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, arsitek tidak hanya semata-mata seorang ahli bangunan saja, ia juga merupakan seorang profesional yang memahami betul pembangunan secara luas. Selain itu isu lingkungan alam di tempat bangunan itu akan dibangun juga merupakan satu hal yang perlu diperhatikan.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang arsitek adalah:
1. Kemampuan untuk menghasilkan rancangan arsitektur yang memenuhi ukuran estetika dan persyaratan teknis, dan yang bertujuan melestarikan lingkungan. (Ability to create architectural designs that satisfy both aesthetic and technical requirements, and which aim to be environmentally sustainable)
2. Pengetahuan yang memadai tentang cara mencapai perancangan yang dapat mendukung lingkungan yang berkelanjutan. (An adequate knowledge of the means of achieving environmentally sustainable design)
Masalah lingkungan di Indonesia juga sudah merisaukan. Sementara di satu sisi pembangunan tidak bisa berhenti. maka saat ini yang perlu dilakukan adalah suatu alat, yang bersifat antisipatif, sehingga tidak dipungkiri pembangunan berjalan dan juga menyebabkan kerusakan lingkungan. Maka dengan demikian dampak negatif pembangunan seperti degradasi mutu lingkungan, banjir, pemanasan global dan efek penyakit bisa pun bermunculan.
Contoh studi kasus pertama ialah Bangunan berarsitektur post-modern yang tidak ramah energi.



Akhir-akhir ini bangunan perkantoran dan rumah di Indonesia banyak mengadopsi - bahkan meng-copy paste - arsitektur post-modern dari negara-negara Barat yang beriklim dingin itu. Arsitektur bangunan tersebut - menurut pendapat saya - tidak ‘ramah energi’ untuk ukuran daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Sebut saja gedung yang 100% dindingnya berlapis kaca. Efek radiasi matahari berlebihan yang menembus kaca mengakibatkan penyejuk ruangan (AC) bekerja lebih berat. Akibatnya mengkonsumsi energi listrik lebih banyak. Lalu rumah-rumah model minimalis. Modelnya banyak bermain dengan beton, minim kanopi, minim ventilasi, dan banyak bermain dengan kaca. Bukaan cahaya memang banyak, tetapi hawa panas berlebihan di dalam rumah. Akibatnya penghuninya terpaksa mesti sering menyalakan penyejuk ruangan. Boros listrik.
Contoh studi kasus ke dua ialah ‘perlombaan’ meninggikan lantai bangunan yang sudah cukup populer. Meskipun tidak ada panitia perlombaannya, tetapi tetap berjalan dengan sendirinya. Satu bidang tanah dibangun rumah/gedung dengan tinggi lantai 1 m di atas muka jalan, tidak lama waktu berselang dibangun rumah/gedung disebelahnya atau di depannya dengan ketinggian 1.20 m, kemudian muncul lagi bangunan baru dengan ketinggian lantai 2 m. Dalam konteks yang lebih luas lagi, satu kawasan perumahan di set tinggi kawasan 1 m dari tanah asal, kemudian dibangun perumahan lain disebelahnya dengan setting ketinggian tanah lebih dari 1 m, dst.
Bukankah ini perlombaan? Dalam perlombaan anda yang menang dan ada yang kalah.
Akibat dari ‘lomba’ tinggi-tinggian tadi banyak, diantaranya banjir menimpa pihak yang kalah. yang kalah yang tidak bisa bersaing dalam ‘lomba’. Jadi tidak usah heran, dimusim hujan ada kawasan perumahan yang terendam air dan ada yang tidak terendam, padahal berada dalam satu lingkungan. Tidak heran pula ada satu rumah kebanjiran tetapi tetangga sebelahnya tetap merasa aman. 




Kesimpulannya yaitu:
Berharap apa yang dikerjakan para arsitek saat ini dan akan datang dapat membawa dampak positif bagi pengembangan lingkungan binaan (built environtment), memberikan sumbangsih pemikiran baru berdasarkan eksplorasi kearifan lokal serta setiap pembangunan haruslah mempertimbangkan kondisi dan dampak terhadap lingkungan agar tidak ada pihak yang dirugikan. Kesuksesan arsitektur dapat diraih bila klien senang lingkungan nyaman. Terutama dalam implementasi potensi keragaman hayati di Indonesia yang sangat kaya, terhadap pembangunan.
Dan pembangunan di Indonesia harus punya platform Environtment First, yaitu pengembangan di mana unsur lingkungan hidup merupakan tolok ukur utama. Perlu konsep makro dan mikro yang kuat dalam mengarahkan pembangunan di Indonesia. Sebenarnya yang menjadi kunci adalah bukan perlunya teknologi tinggi yang mahal dan terkadang tidak sesuai dengan konteks permasalahan, tetapi saat ini perlu digali lagi kekuatan potensi kearifan lokal. Artinya, jangan melupakan bidang keilmuan dan pengetahuan yang berasal dari lingkungan setempat. Karena pembangunan tidak harus merusak lingkungan.
Arsitek yang peka lingkungan tentu faham dengan tulisan di atas tadi. Ia sadar bahwa merancang bukanlah urusan dalam batas site nya saja tetapi lebih luas dari batasan site. Pelajaran demi pelajaran arsitektur sebenarnya telah cukup menjadi bekal para arsitek menjadi arsitek yang manusiawi.
Artikel ini ditulis, karena melihat fakta yang ada bahwa para pengemban ilmu arsitektur (arsitek) mulai mengabaikan lingkungan sekitarnya. Yaa, lingkungan yang dihuni banyak manusia. Ada yang terkena imbas buruk dari kehadiran ‘produk’ arsitektur

NAMA            : Tryas Kartiko
KELAS           : 2TB02
NPM               : 29313007
MATKUL        : Arsitektur Lingkungan (tugas1)
SUMBER       :


2 komentar:

© ArtisticTect 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis