Jumat, 08 Januari 2016

RUANG TERBUKA HIJAU DI BANYUWANGI



DASAR HUKUM
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri bahwa pola penggunaan lahan untuk pengembangan kawasan industri adalah luas ruang terbuka hijau (RTH) minimum 10% dari total luas areal. Untuk kawasan perkotaan berdasarkan Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.” Oleh sebab itu, dibutuhkan monitoring atau pemantauan terhadap perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan.

PENGERTIAN
Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat  tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya  pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, dan pencegahan polusi udara. Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas kota.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Selain itu Ruang Terbuka Hijau selain berfungsi sebagai fungsi ekologis sebagai peningkat kualitas lingkungan, tetapi juga berfungsi sebagai ruang public tempat masyarakat bertemu, berinteraksi dan digunakan sebagai tempat bermain untuk anak-anak. Banyuwangi merupakan Kabupaten yang memiliki Ruang Terbuka Hijau hampir diseluruh Kecamatan terdapat Ruang Terbuka Hijau. Sampai saat ini pembangunan Ruang Terbuka Hijau masih terus dilaksanakan oleh pemkab Banyuwangi. Selain itu pemkab Banyuwangi juga membuat kebijakan bahwa setiap ada orang yang naik jabatan, maka orang tersebut harus menanam pohon. Pola pengembangan ruang terbuka hijau di berbagai kota me-miliki keragaman penanganan yang disesuaikan dengan kondisi fisik wilayah, pola hidup masyarakat, dan konsistensi kebijakan pemerintah.

RTH DI BANYUWANGI
Pembangunan di wilayah perkotaan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana kota. Perkembangan kota menyebabnya terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH tersebut khususnya di Kabupaten Banyuwangi. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan wilayah yang harus dibangun berkisar sebesar 30% dari luas wilayah Kabupaten Banyuwangi yang lokasinya harus ada pada setiap Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau pada suatu wilayah juga dapat ditentukan melalui berbagai indikator seperti jumlah penduduk, kebutuhan oksigen, dan kebutuhan air bersih.
Taman-taman ini dibangun dan dipercantik di bawah kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas. Kabupaten Banyuwangi ternyata punya belasan RTH. Tak hanya RTH, Pemkab Banyuwangi juga fokus mengembangkan sejumlah taman. Seperti taman vertikal, roof garden di atas toilet, underline garden, jalur hijau dan taman pojok. Namun, sedikitnya ada 4 RTH yang ramai.
1. Taman Sritanjung
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-i2bJL0UncZxAdrfudnKYet_xDwQnn85h3GdnGkj8nPv1lyM_drTD9AIUkZtZV1wzOTpfF0BX3VhxgBajoBPUzIyvVcQ6UluLBCxicWFaLZXbGUdDIjDAV1WGZ3iHT1aIhK2CA_73bfOr/s1600/t2.jpg

            Taman Sritanjung merupakan taman yang saat ini jadi favorit warga Banyuwangi. Taman ini memiliki luas sekitar 15 ribu meter persegi. Taman juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti, jogging track, refleksi stone, musala, underground toilet dan wifi id yang bebas dipakai pengunjung. Letaknya yang berada di perempatan jantung kota serta berhadapan langsung dengan Masjid Agung Baiturrahman (MAB) dan Pendopo Sabha Swagata Blambangan membuat pengunjung mudah untuk menjumpainya. Bangku permanen di bawah pepohonan rindang, puluhan pohon cemara serta pemandangan air mancur di tengah taman membuat pengunjung betah duduk nyaman berjam-jam sambil menikmati jagung bakar atau sekedar ngopi. Jika ingin mencicipi kuliner, pengunjung bisa pilih beberapa jajanan di kios pedagang kaki lima (PKL) yang letaknya berjejer rapi dan bersih di sepanjang selatan Taman Sritanjung. Terlebih lagi bagi yang suka nongkrong, sedikitnya ada 64 PKL berderet mulai pukul 09.00-24.00 wib yang siap sajikan hidangan nikmat dengan harga terjangkau. Saat sore tiba, ragam permainan anak banyak dijumpai dan disewakan di sekeliling trotoar. Kesempatan jalan jalan sore bersama keluarga bisa dimanfaatkan sambil "ngemong" buah hati sembari bermain scooter atau kereta mini. Jika malam tiba puluhan lampu sorot berwarna warni bikin Taman Sritanjung jadi lebih berwarna. Secara tampilan dan konsep, Taman Sritanjung dirombak total sejak tahun 2011 lalu. Anggaraan APBD hampir Rp 3 miliar digelontorkan Pemkab Banyuwangi melalui DKP untuk merubah total tampilan Taman Sritanjung agar tidak terlihat kumuh. Dulu Taman Sritanjung dikenal sebagai taman yang mempunyai bau tak sedap alias pesing.






2. Taman Blambangan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihzGIC3SXMzWTZABqznbjSrMbtIA5vQ7mz_cygyBhPf0EQiKY5oDQVqP_XFrOoMMQMSvcAtWtylLzwlUk_Pr3vEFTS7qRsgbpEI2apaX4kI1ypZHXq6s2UtUpX9WhAHMA0UjFqEfJstjBN/s1600/t3.jpg

            Taman Blambangan ini merupakan taman multifungsi. Terletak di jalan RA Kartini, taman terluas di Banyuwangi ini dilengkapi sejumlah fasilitas olahraga. Di sisi selatan ada areal olahraga seperti lapangan basket, voli dan skate park. Pagar tinggi yang dulu mengelilingi Taman Blambangan dibongkar total dan disepanjang trotoar sekarang sering digunakan warga Banyuwangi untuk jogging. Lapangan utama Taman Blambangan juga kerap digunakan untuk kegiatan upacara dan latihan sepak bola. Taman Blambangan diambil dari nama Kerajaan Blambangan yang berpusat di ujung paling timur Pulau Jawa. Blambangan dianggap sebagai kerajaan bercorak Hindu terakhir di Pulau Jawa. Tak heran jika bangunan pentas seni yang berdiri kokoh dibawah naungan 2 pohon beringin masih miliki pengaruh Bali. Taman Blambangan sudah seperti jantung kota Banyuwangi. Taman ini sekarang menjadi taman wisata bagi mereka yang ingin menikmati suasana hijau di tengah kota. Beberapa acara juga sering di gelar ini taman ini. Untuk nguri nguri seni budaya yang dikemas dalam bentuk hiburan, di Taman Blambangan setiap Sabtu malam digelar aktualisasi seni yang memberdayakan seniman lokal Banyuwangi. "Ini taman multifungsi terluas yang kita punya. Warga yang ingin olahraga, nonton aktualisasi seni, nikmati kuliner atau hanya sekedar duduk santai bisa tumplek blek disini," kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Banyuwangi, Arief Setyawan pada detikcom. Luasan lebih dari 32 ribu meter persegi juga jadikan Taman Blambangan sebagai lokasi jujugan penanaman sedekah oksigen. Arief menuturkan, sejumlah tokoh nasional seperti Ustad Yusuf Mansur, Timnas Garuda U-19 Evan Dimas dan Coach Indra Syafrie beserta crew juga pernah bertandang ke Taman Blambangan untuk ikut andil menanam pohon trembesi. Tak hanya pohon trembesi, sambung Arief, beberapa tanaman langka saat ini juga sedang ditanam. Semisal, durian merah, sawo blambangan, nangka, jambu jamaika yang buahnya berwarna hitam, duwet serta tanaman buah langka lainnya. Untuk percantik Taman Blambangan, dalam waktu dekat
akan ditambah air mancur di dekat gazebo. Beberapa pencahayaan seperti lampu sorot dan lampu hias akan dilengkapi supaya pengunjung bisa merasakan pemandangan yang lain. Di bagian belakang taman, terdapat beberapa warung yang berjumlah lebih dari 60 kios menawarkan menu khas Banyuwangi. Seperti Rujak Soto, Sego Tempong dan banyak lagi. Taman Blambangan selalu ramai dikunjungi dari pagi hingga malam hari dan menjadi bagian dari Kota Banyuwangi yang pantas untuk dibanggakan.



3. Taman Makam Pahlawan Sayu Wiwit
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv2h1_ZdK_Iu2FkSvgh0Q-m4HlClpKnqGMTdSp2FvvZLMFYQ_E2oTWJbIWQ2p6FV9hm2QrbSboS9f4zrVLvrfdzu0ae3l7FGGfjEkirPDYUnoSL86lMXJS26N5HsxMSDMsbASqJv6M2RvH/s1600/t4.jpg

            Sekilas dari namanya bisa kita simpulkan jika taman ini adalah sebuah lahan kuburan para pahlawan. Taman yang dulu dikenal angker, minim pencahayaan dan kumuh sekarang disulap menjadi taman jujugan warga. Mayoritas yang berkunjung ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Sayu Wiwit ialah kaum pelajar yang ingin manfaatkan fasilitas free wifi. Tak heran jika sore hingga malam hari, TMP Sayu Wiwit ramai dikunjungi muda mudi sambil membawa laptop dan segebok buku pelajaran. Taman Sayu Wiwit yang full wifi itu dijadikan tempat bertapanya para pencari ilmu di dunia maya. "TMP Sayu Wiwit ini lebih banyak dijadikan anak muda sebagai areal diskusi belajar," ungkap Kepala DKP Banyuwangi, Arief Setyawan. Arief mengatakan, di atas lahan 13.200 meter persegi, TMP Sayu Wiwit jadi salah satu RTH yang miliki konsep berbeda dengan RTH lainnya. Puluhan pohon kelapa sawit berjejer rapi di depan areal makam dianggap mampu menepis stigma angker yang puluhan tahun sudah melekat di benak warga. TMP sekaligus RTH Sayu Wiwit yang letaknya di Jalan Ahmad Yani persis berseberangan dengaan Kantor Pemkab Banyuwangi, juga menyediakan satu ruang publik di sisi utara untuk taman baca. Sedangkan di sisi selatan juga ada ruang publik yang biasa digunakan untuk ruang pertemuan dan pameran. Di taman ini, Arief menegaskan bahwa tidak diperbolehkan ada PKL mangkal. Hal itu ditujukan agar kawasan hijau ini tetap bersih, digunakan sesuai fungsi dan tetap khidmat dalam berikan penghormatan kepada arwah para pahlawan. "Meskipun ramai dengan hiruk pikuk aktivitas di wilayah depan RTH Sayu Wiwit, kita tetap ada ruang penghormatan para pahlawan diruang sisi belakang," tandasnya.

4. Taman Maron Genteng
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFntp2xbA1ukfOBkhpixuxLm_s3jkoy55wcI3kEnJWYMKKF30N1eCQ6ktVxleR3TI7PIJOow5tbTFWjgRiZbM8HAqODw3-Vv0ekF4EWwottk8wxO8gVWuSk-6OWYGfcGjW85W8KQaZF3ce/s1600/t5.jpeg

            Taman Maron Genteng ialah salah satu RTH yang letaknya berada di Kecamatan Genteng. RTH yang ditata dan dibangun pada 2012 itu merupakan salah satu ruang publik yang dijadikan ikon Kota Genteng. Secara fungsi, RTH Maron hampir miliki fasilitas yang sama seperti Taman Blambangan Banyuwangi. Di RTH Maron juga rutin diadakan pagelaran seni dan aktualisasi seni budaya. Sesekali RTH Maron juga sering dijadikan lokasi untuk gelaran konser music, baik libatkan artis lokal maupun nasional. "RTH Maron jadi kebanggaan rakyat Kota Genteng, ini juga salah satu RTH multifungsi milik warga," kata Arief. RTH Maron saat ini masih terus berbenah. Sejumlah fasilitas yang saat ini sudah bisa dinikmati antara lain jogging track, skate park, refleksi stone, panggung seni, ruang ganti, musala dan toilet umum. Arief menambahkan, luasan lebih dari 28 meter persegi itu juga akan digunakan untuk menata PKL di sisi utara taman. "Semua akan dibenahi bertahap, ruang ruang terbuka hijau difungsikan sebagai ruang interaksi warga. Sebisa mungkin fasilitas ini bisa menampung aktualisasi dan keterlibatan warga dari sisi kebersihan dan peningkatan perekonomian," pungkasnya.

Selain di 4 RTH yang jadi jujugan warga Banyuwangi itu, saat ini juga ada 6 RTH yang baru saja dirampungkan. RTH itu diantaranya berada di Kecamatan  Glenmore, Gendoh, Sempu, Blambangan muncar, Wongsorejo dan Gedung Wanita, Bayuwangi. Semua RTH itu miliki fasilitas free wifi dan juga panggung seni.

NAMA                 : TRYAS KARTIKO
KELAS                    : 3TB01
NPM                      : 29313007
MATKUL              : HPP
TUGAS                  : TUGAS KE 3
SUMBER              :



© ArtisticTect 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis